Selasa, 07 Juni 2011

Mari Pikul Salib

Tuhan Yesus berkata “Setiap orang yang mau mengikut Aku harus memikul salibnya.” (Markus 8:34). Apa sebenarnya yang dimaksud salib dalam hidup orang percaya? Selama ini ornag begitu mudah mengatakan bahwa ia memikul salib ketika ia harus menanggung kesulitan-kesulitan hidupnya. Setiap kesulitan hidup yang datang selalu disebut salib. Tidak setiap kesulitan hidup dapat dikatakan salib. Penderitaan yang kita harus pikul karena kesalahan dan dosa kita bukanlah salib. Tuhan Yesus memilkul salib bukan karena kesalahannya, tetapi supaya ia dapat menyelamatkan kita. Penderitaan Yesus adalah keselamatan dan kebahagiaan kita. Tindakan Yesus inilah yang harus kita teladani sebagaimana Alkitab menasehati kita untuk mengikuti teladan-Nya. Sesungguhnya harga keselamatan orang-orang yang ada disekeliling kita adalah salib kita. Kita harus rela pikul salib supaya mereka dapat mengenal Tuhan dan diselamatkan.

Tidak ada keselamatan yang dialami seseorang tanpa pengorbanan anak-anak-Nya. Bergulirnya roda pelayanan pekerjaan Tuhan dimanapun, diperankan oleh pengorbanan anak-anak Tuhan. Tanpa peborbanan bukanlah pelayanan, melainkan pemanfaatan atau manipulasi. Pengorbanan itu dapat berupa tenaga, waktu, pikiran, perasaan, uang, dll. Ini adalah pengorbanan yang menimbulkan sakit.

Menderita bagi Tuhan atau memikul salib adalah panggilan untuk hidup setiap orang percaya. Dalam satu pernyataannya Petrus berkata “Sebab untuk itulah kamu dipanggil, supaya mengikuti jejak-Nya.” Rasul Paulus juga berkata “Kita dipanggil bukan hanya untuk percaya, tetapi juga untuk menderita bagi Dia.” Jika kita tidak mau mengerti kebenaran ini dan menolak untuk melakukannya, maka panggilan kita belum lengkap dan kekristenan kita belum penuh. Kekristenan seperti ini adalah kekristenan yang tidak bermutu. Panggilan kita menjadi anak Tuhan atau orang percaya akan menjadi bermutu jika kita tidak hanya percaya kepada Tuhan, tetepi juga mau menderita bagi Tuhan dalam menyelamatkan orang-orang yang ada disekitar kita.

Sesungguhnya menderita bagi Tuhan adalah suatu hal yang sangat indah. Ini adalah kasih karunia, yang dalam teks aslinya diterjemahkan sebagai sesuatu keuntungan bagi kita atau sesuatu keuntungan yang harus kita sambut dalam menyenangkan hati Tuhan. Mengapa demikian? Sebab dibalik penderitaan yang kita alami demi keselamatan orang lain, ada sesuatu yang sangat berharga dan mulia - mahkota! Alkitab mengatakan “Jika kita menderita bersama-sama dengan Dia, maka kita akan dipermuliakan bersama-sama dengan Dia.” Jadi.. tidak ada mahkota tanpa salib, tidak ada keuntungan tanpa rasa sakit, dan tidak ada keselamatan tanpa pengorbanan. Saya heran kalau selama ini banyak orang percaya yang hanya mengingini berkat-berkat jasmani dari Tuhan saja tanpa mau mengalami penderitaan. Padahal mahkota hanya tersedia bagi orang-orang yang mau menderita untuk Dia.

Saudara sekalian, kita tidak hanya memiliki hidup untuk hari ini. Kita masih memiliki kehidupan setelah kematian. Kita tidak hanya memiliki satu dunia seperti sekarang ini, tetapi kita juga akan memiliki dunia yang baru dan langit yang baru. Kita bukan hanya menjadi warga negara Indonesia, tetapi juga akan menjadi warga kerajaan sorga. Untuk kerajaan yang akan dating itu, waktunya sudah singkat. Untuk itu kita harus rela berkorban dan berjuang untuk kepentingan-Nya.

Mungkin selama ini kita tidak mengerti kebahagiaan dari penderitaan yang akan kita alami. Akibatnya kita menjadi malas untuk memikul salib kita dalam menyelamatkan jiwa-jiwa yang ada disekeliling kita. Padahal sesungguhnya penderitaan yang kita harus pikul itu memang dirancang Tuhan untuk memberikan kita kebahagiaan yang kekal. Memikul salib memang sakit dan perih. Memikul salib memang sebuah penderitaan. Namun sebagaimana Tuhan Yesus telah memikul salibnya dan rela menderita untuk keselamatan kita, begitu pula kita harus memikul salib kita dan rela untuk menderita bagi keselamatan orang-orang yang ada disekeliling kita. Tuhan tidak menginginkan pekerjaan-Nya terhenti hanya sampai pada bukit Kalvari. Tuhan menginginkan perkerjaan-Nya dapat terus sampai ke ujung bumi. Itulah sebabnya mengapa Tuhan berkata kepada kita bahwa “Ia tidak menghendaki seorag pun binasa.”

Sekaranglah saatnya kita memanfaatkan kesempatan yang Tuhan berikan untuk bersama-sama menderita dengan Dia. Dalam rangka menggiring banyak jiwa dating kepada-Nya. Sekaranglah saatnya bagi kita untuk mengoreksi kekristenan kita. Apakah kita seorang Kristen yang egois, atau seorang Kristen yang mau menderita bersama Dia untuk kepentingan-Nya?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar